WELCOME TO MY BLOG.:::WELCOME TO MY BLOG.:::WELCOME TO MY BLOG.:::WELCOME TO MY BLOG.:::WELCOME TO MY BLOG.:::WELCOME TO MY BLOG.:::WELCOME TO MY BLOG

Selasa, 19 Oktober 2010

Cowongan



Pendahuluan
Dalam kehidupan masyarakat, masih ada anggapan bahwa alam memiliki kekuatan yang dapat memberikan pengaruh bagi kehidupan mereka baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Oleh karena itu manusia melakukan pendekatan atau berkomunikasi dengan alam dengan melakukan sesaji, sesembahan, ritual-ritual, dan lain-lain dengan harapan alam bermurah hati memberi kesempatan kepada mereka untuk hidup lestari. Dalam rangka pendekatan tersebut manusia seringkali menggunakan media kesenian dalam upacara-upacara untuk mencapai tujuannya. Melalui aktivitas seni inilah masyarakat melakukan ritual-ritual tertentu yang bermakna sebagai bentuk persembahan seluruh jiwa dan raga terhadap Sang Pencipta. Salah satu jenis kesenian yang keberadaannya berkaitan langsung dengan ritual tradisional adalah cowongan. Cowongan adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Menurut kepercayaan masyarakat Banyumas, permintaan datangnya hujan melalui cowongan, dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia. Dilihat dari asal katanya, cowongan berasal dari kata “cowong” ditambah akhiran “an” yang dalam bahasa Jawa Banyumasan dapat disejajarkan dengan kata perong, cemong, atau therok yang diartikan berlepotan di bagian wajah (Fadjar P. 1991:47). Perong, cemong, dan therok lebih bersifat pasif (tidak sengaja). Sedangkan cowongan lebih bersifat aktif (disengaja). Jadi cowongan dapat diartikan sesuatu yang dengan sengaja dilakukan seseorang untuk menghias wajah. Wajah yang dimaksud adalah wajah irus yang dihias sedemikian rupa agar menyerupai manusia (boneka). Salah satu daerah yang hingga saat ini masih melaksanakan ritual cowongan pada setiap kemarau panjang adalah masyarakat di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Daerah ini terletak di ujung sebelah timur dari kabupaten Banyumas, kurang lebih 15 km di sebelah timur kota Banyumas, berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara dan berbatasan dengan kabupaten Purbalingga. Di sebelah timur terdapat sungai kecil (kali Plana) yang menjadi batas desa tersebut dengan desa Karangsalam, kecamatan Susukan, kabupaten Banjarnegara. Sebelah utara dan barat dilingkari sungai serayu yang mejadi batas kabupaten Banyumas dan kabupaten Banjarnegara. Walaupun letaknya dekat dengan sungai, tetapi pada saat musim kemarau yang panjang, daerah ini sangat kering dan air sangat sulit untuk di dapat. Apalagi sebagian besar masyarakat di desa Plana bermata pencaharian sebagai petani. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa ini masih percaya, melalui ritual cowongan maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka. Cowongan dilaksanakan hanya pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir Mangsa Kapat (hitungan masa dalam kalender Jawa) atau sekitar bulan September. Pelaksanaannya pada tiap malam Jumat, dimulai pada malam Jumat Kliwon. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, cowongan dilakukan dalam hitungan ganjil misalnya satu kali, tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Apabila sekali dilaksanakan cowongan belum turun hujan maka dilaksanakan tiga kali. Jika dilaksanakan tiga kali belum turun hujan maka dilaksanakan sebanyak lima kali. Demikian seterusnya hingga turun hujan. Cowongan hingga saat ini masih dapat dijumpai di Desa Plana, Kecamatan Somagede.
Tahap-tahap Penyelenggaraan Cowongan
1. Tahap Persiapan a. Mencuri Irus atau Siwur Tahap persiapan dilakukan dengan mencuri irus atau siwur yang akan dijadikan sebagai properti ritual cowongan. Irus tersebut dicuri dari sebuah rumah yang memiliki pintu di bawah pompok (bubungan). Rumah seperti ini menurut kepercayaan masyarakat Banyumas paling mudah dilalui oleh roh halus, termasuk bidadari yang diharapkan datang untuk menurunkan hujan bagi seluruh umat manusia.
b. Irus atau Siwur Bertapa Irus atau siwur yang telah berhasil dicuri, kemudian ditanjapkan di sebuah batang pohon Pisang Raja. Masyarakat di Desa Plana menybutnya siwur atau irus ini dibiarkanb bertapa. Masa bertapa bagi irus atau siwur bisanya selama tujuh hari tujuh malam, dimulai sejak malam Selasa Kliwon hingga malam Selasa Pahing. c. Rialat Para calon peraga cowongan diharuskan melakukan rialat atau nglakoni, yaitu perilaku mengurangi makan dan tidur. Rialat bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: tirakat, ngasrep, ngebleng, ngrowot (tidak makan wohing dami atau padi), puasa, pati geni (tidak makan makanan yang di masak pakai api dan berada dalam ruang tertutup tanpa penerangan api), dan lain-lain. Rialat dilakukan selama tiga hari pada hari-hari yang memiliki jem 40, yaitu hari Rabu Pon hingga Jumat Kliwon. Dalam perhitungan Jawa, hari Rabu memiliki jem tujuh(7), Pon (7), Kamis (8), Wage (4), Jumat (6), dan Kliwon (8). Keseluruhan jem ketiga hari itu berjumlah 40. menurut kepercayaan mereka, rialat pada hari-hari yang memiliki jumlah jem 40 sama dengan melakukan rialat selama 40 hari.
d. Peraga dalam Keadaan Suci Para peraga cowongan diharuskan dalam keadaan suci. Yang dimaksud dengan “suci” di sini adalah tidak sedang haid (menstruasi), nifas atau habis melakukan hubungan seksual. Dengan demikian selama tiga hari hingga pelaksanaan cowongan, para peraga berpantang melakukan atau mengalami hal-hal yang menjadikannya tidak suci.
e. Merias Properti Properti berupa irus atau siwur sebelum dijadikan sebagai properti terlebih dahulu dirias menyerupai seorang perempuan. Pada bagian tempurung, diberi rumbai-rumbai dari ijuk dan janur (daun kelapa yang masih muda) mirip dengan rambut dan aksesories kepala. Bagian yang tidak tertutup ijuk dan janur, diolesi arang dan apu atau enjet (kapur sirih), dibuat menyerupai muka manusia. Pada bagian gagang (tempat pegangan) diberi kain warna-warni yang dipotong-potong, menyerupai baju beraneka warna.
f. Busana Dlam pelaksanaan cowongan, tidak ada ketentuan pakaian bagi para peraga cowongan. Para peraga cowongan memakai pakaianyang biasa dipakai sehari-hari (tidak ada ketentuan tertentu). Biasanya para peraga cowongan juga tidak merias wajahnya, mereka tampil alami sebagaimana biasanya sehari-hari.
2. Tahap Pelaksanaan Cowongan a. Peraga Cowongan Peraga cowongan hanya dilakukan oleh kaum wanita. Kaum pria tidak diijinkan melakukan ritual ini. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, yang datang dan merasuk ke dalam properti cowongan adalah bidadari, sehingga kaum laki-laki tidak diijinkan untuk memegang properti itu. Peraga tidak ditentukan jumlahnya. Dalam setiap kesempatan memungkinkan berbeda-beda dalam hal jumlah peraga, sesuai dengan jumlah orang yang siap mengikuti ritual cowongan. Oleh karena itu, pelaksanaan cowongan dapat dilakukan oleh satu orang, dua orang, lima orang atau berapapun jumlah orang (wanita suci) yang hadir. Umur peraga cowongan tidak ditentukan. Berapapun umurnya, baik tua maupun muda, sudah menikah ataupun masih gadis tidak jadi soal yang penting mampu memeragakan cowongan dan dalam keadaan suci. Tetapi biasanya sebagian besar peraga cowongan adalah wanit yang sudah tua atau dewasa.
b. Waktu dan Tempat Cowongan Cowongan biasanya dilaksanakan pada setiap terjadinya musim kemarau. Dalam perhitungan kalender Jawa musim kemarau terjadi mulai mangsa Saddha ( sekitar bulan Mei) sampai dengan mangsa kalima (sekitar bulan Oktober). Biasanya pada mangsa Katelu (Agustus) tanah-tanah pertanian sudah mulai mengering dan mulai terjadi kekurangan persediaan air tanah. Puncak kekeringan biasanya dimulai pada mangsa kapat (September) sampai dengan mangsa kalima (Oktober). Apabila pada mangsa kalima belum juga turun hujan maka penduduk akan semakin menderita kekurangan air. Ritual cowongan biasanya dilaksanakan pada mangsa Kapat mejelang mangsa Kalima yaitu sekitar bulan September. Dalam pranata mangsa Jawa, mangsa Kapat berumur 24 hari mulai tanggal 19 September dan berakhir pada tanggal 13 Oktober. Cowongan biasanya dilaksanakan pada paertengahan mangsa Kapat atau awal mangsa Kalima. Pelaksanaan cowongan tidak membutuhkan tempat tertentu dengan persyaratan-persyaratan yang terlalu sulit. Ritual cowongan biasanya dilaksanakan di halaman rumah penduduk yang luas dan memungkinkan. Pelaksanaan cowongan dilaksanakan pada malam hari. Untuk kali pertama, ritual ini dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon. Pelaksanaan selanjutnya dilaksanakan pada setiap malam Jumat (seminggu sekali). Menurut kepercayaan masyarakat di Desa Plana, cowongan dilaksanakan selama tujuh kali. Namun demikian apabila sebelum tujuh kali sudah datang hujan, maka ritual tidak dilanjutkan. Sedangkan apabila sudah dilaksanakan selama tujuh kali tidak juga turun hujan, maka dapat dilakukan lagi dengan menggunakan properti yang berbeda dan harus dimulai dari awal lagi sejak tahap persiapan.
c. Sesaji Dalam pelaksanaan ritual cowongan biasanya terdapat berbagai macam sesaji. Beberapa macam sesaji yang biasa dijumpai dalam pelaksanaan ritual ini, antara lain: kemenyan dupa, kembang telon (bunga tiga warna: kenanga, mawar dan kantil) dan jajan pasar. Kemenyan dupa dibakar sebelum pelaksanaan upacara oleh salah seorang peraga cowongan. Biasanya orang yang membakar kemenyan dupa adalah peraga yang paling senior atau paling mengetahui perihal cowongan. Pada saat kemenyan dupa mulai terbakar dan asap mulai mengepul, properti cowongan diletakkan di atas bara dupa agar terkena asap dupa. Sesaji yang lain diletakkan di sekitar arena sebagai kelengkapan pelaksanaan upacara.
d. Pelaksanaan Cowongan Para peraga cowongan secara bersama-sama memegang bagian pegangan properti irus atau siwur dengan tangan kanan. Bersamaan dengan itu, mereka menyanyikan sebuah tembang yang tidak lain adalah doa yang ditujukan kepada Sang Penguasa alam agar hujan segera turun. Tembang tersebut dengan teks sebagai berikut: Sulasih sulanjana kukus menyan ngundhang dewa Ana dewa ndaning sukma widadari tumuruna Runtung-runtung kesanga sing mburi karia lima Leng-leng guleng, gulenge somakaton.
Gelang-gelang nglayoni, nglayoni putria ngungkung Kacang dawa si kanthi di kaya wite Kanthi angle lirang nini gelang gendhongan nini gelang gendhongan
Anjularet pilise kunir apu Manglong-manglong ngenteni paman juragan Gendhong pisan aku paman, emban pisan aku paman
Anjulanthir ngenthir sabuke seblakena tek anggone tenunan tek anggone tenunan
ayam tukung mrekungkung nang wuwungan dede-dede ayam tukung kaki dhuda njaluk ambung kaki dhuda njaluk ambung
ayam walik mrekithik nang wuwungan dede-dede aya walik kaki dhudha pekalongan kaki dhudha pekalongan
cek incek raga bali rog-rog asem kamilaga aja lunga-lunga laki aja ngambung pipi kiwa sing kiwa kagungan dewa sing tengen kagungan dalem
cek incek raga bali rogrog asem kamilega aja lunga-lunga laki ana ganjur loro-loro ganjure si lara sati nurunaken udhan
lutung-lutunga ngilo ngiloa njaluk udhan reg-regan rog-rogan reg-regan rog-rogan
ana kolang kaling mateng di tutur udhan-udhan reg-regan rog-rogan reg-regan rog-rogan
Ana manuk uruk-uruk udhan sebiyang-biyang dandan kinang Mantu rika agi teka aja suwe-suwe ndalan Sedhek keri dolan Sedhek keri dolan
Sembung-sembung rege mencroka kayu gudhe Ure-ure rambute Ure-ure rambute
Embok nini gandhrung ana yauga sebumbung ndalu Dhing-dhing por anu ngampor anu ngampor suluh dhuwur Babadana tilasana go pranti ngumah petagon
Ler-iler tandhure wis sumilir Tek ijo royo-royo Tek sengguh penganten anyar Tek sengguh penganten anyar
Bocah pangon paculen gumuk kidul Atos-atos dipaculi tandurane kacang ijo Sopito oliho bojo Sopito oliho bojo
Kijing mati ngilari suta ngising Anglilire Sikijing sinawa seba Sikijing sinawa seba
Kembang duren bur kolang-kalingan mega riem-riem Kalingan bathikan lonthang kalingan limaran kembang Kentrng-kentrung sirama sira nglilira Kembang kapas mbok emas ditagih utange beras Ela-ela cendhana mbok ladrang kacir
e. Bidadari pun Bisa Tersinggung Dalam pelaksanaan ritual cowongan, ada kata-kata tertentu yang dapat menyebabkan bidadari yang merasuk ke dalam properti marah. Kata-kata tersebut adalah “Muthu Irus” (untuk properti yang menggunakan irus) atau “Muthu Siwur” (untuk properti yang menggunakan siwur). Menurut penuturan masyarakat Desa Plana, muthu adalah alat untuk mengulek sambal, yang memiliki makna simbolik lingga atau alat kelamin laki-laki. Kata “Muthu Irus” atau “Muthu Siwur” merupakan ungkapan ejekan yang memiliki makna bahwa bidadari yang merasuk ke dalam properti cowongan tidak lagi memiliki maksud suci menurunkan hujan, tetapi terselip maksud lain mencari laki-laki untuk memenuhi hasrat seksualnya. Apabila ada seseorang yang mengejek dengan kata-kata itu, maka biasanya properti cowongan akan mengamuk, mengejar orang yang melakukan ejekan.
3. Tahap Pasca Pelaksanaan Cowongan Setelah pelaksanaan cowongan berakhir, dilakukan dua macam kegiatan, yaitu malaksanakan upacara slametan dan melarung properti. Slametan dilakukan dengan cara melakukan makan bersama nasi tumpeng beserta lauk pauknya serta jajan pasar. Sebelum itu, mereka melakukan doa bersama secara Islam. Kelengkapan lauk-pauk tidak diharuskan macamnya, terlebih lagi cowongan dilaksanakan pada saat kehidupan warga setempat tengah berada dalam penderitaan akibat kekeringan. Seluruh makanan itu diletakkan di atas daun pisang yang dipersiapkan di atas meja atau di atas tikar di lantai. Slametan dilaksanakan pada malam Jumat ketujuh atau malam Jumat sebelum itu tetapi sudah mulai turun hujan. Pada saat pelaksanaan slametan, para peserta peraga cowongan duduk memutar untuk mengepung nasi tumpeng. Oleh karena itu slametan sering disebut dengan istilah kepungan. Makna pelaksanaan slametan adalah agar selepas pelaksanaan cowongan semua peraga dan seluruh warga desa slamet (selamat), jauh dari segala macam kendala dalam kehidupan mereka. Selain itu, mereka juga berdoa agar hujan segera turun untuk memberikan kesejahteraan dan kedamaian dalam kehidupan seluruh warga desa. Pada pagi harinya (hari Jumat sebelum tengah hari), dilakukan acara melarung properti cowongan. Irus atau siwur yang telah dijadikan sebagai media ritual ini, dilarung atau dihanyutkan di sungai Serayu yang letaknya mengitari lebih dari separuh wilayah Desa Plana. Pelarungan irus atau siwur tidak dilakukan dengan acara khusus. Siapapun, salah seorang di antara peraga cowongan diperbolehkan melarung irus atau siwur tersebut. Makna pelarungan cowongan adalah melarung atau menghanyutkan segala sengkala atau pengaruh roh jahat yang memungkinkan merugikan kehidupan warga masyarakat setempat.
Pembahasan
Cowongan adalah suatu sarana untuk mengungkapkan keinginin masyarakat akan turunnya hujan. Sebagai komunitas petani tradisonal, masyarakat yang bermukim di desa Plana tentu saja sangat membutuhkan datangnya hujan untuk mengairi sawah yang menjadi sumber penghidupan. Apabila musim kemarau terlalu panjang akibat yang segera dapat dirasakan adalah penderitaan yang diakibatkan oleh kekeringan. Dengan melihat lebih jauh mengenai pelaksanaan cowongan, maka dapat diperoleh gambaran bahwa dalam peaksanaan cowongan terdapat 2 hal penting yaitu aktivitas seni dan bentuk ritual tradisionalyang menjadi sarana komunikasi antara manusia dengan alam yang bertujuan untuk mendatangkan hujan. Disebut sebagai aktivitas seni karena didalamnya terdapat syair-syair yang tidak lain adalah doa-doa yang dilakukan dalam bentuk tembang, irus atau siwur yang menjadi properti upacara yang dihias menyerupai seorang putri. Doa-doa tersebut ditujukan kepada sang penguasa alam agar hujan segera turun. Disebut sebagai ritual tradisional karena di dalamnya terdapat sesaji-sesaji, properti-properti, rialat dan doa-doa yang kesemuanya ditujukan sebagai suatu permohonan kepada penguasa seluruh alam agar segera menurunkan hujan. Motivasi mereka untuk melakukan upacara tersebut karena manusia (masyarakat) menghormati adanya makhluk-makhluk halus yang telah membantu, memberi keselamatan dan kepuasan keagamaan. Didalam pertunjukan cowongan terdapat beberapa aspek-aspek penting, yaitu sebagai nerikut : 1. Pertunjukan cowongan sebagai bentuk permainan rakyat jawa. Menurut Koentjaraningrat yang dikutip oleh Parwatri, permainan adalah kegiatan manusia untuk menyegarkan jiwa serta mengisi waktu (Koentjaraningrat, dkk, 1984:145 dalam Parwatri 1993:12). Permainan cowongan merupakan permainan nyanyian yang menggunakan properti irus (boneka) sebagai nini cowong, yang dalam hal ini dikatagorikan sebagai permainan gaib atau permainan ritualmagis cowongan. Permainan ini bersifat sakral, karena merupakan bentukupacara minta hujan yang disertai dengan pertunjukan atau permainan cowongan. 2. Cowongan merupakan pertunjukan ritual. Ciri ritual pertunjukan cowongan dalam upacara minta hujan tercermin dalam : 1. dilaksanakan pada malam Jumat Kliwon. 2. tempat yang digunakan khusus yaitu teras (bagian rumah paling depan). 3. pelakunya semua wanita yang dalam kadaan suci. 4. ada perlengkapan sesaji. 3. Pertunjukan cowongan sebagai bentuk upacara untuk mendatangkan kekuatan magis, yang tercermin dalam : 1. syair-syair lagu yang dinyanyikan oleh pelaku cowongan merupakan doa (mantra). 2. dukun (sesepuh cowongan) mengucapkan mantra yang disertai dengan tindakan membakar kemenyanyang ditujukan kepada leluatan-kekuatn supranatural agar membantu kelancaran pertunjukan tanpa halangan apapun. 4. Pertunjukan cowongan merupakan adat kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat desa Plana pada waktu kemarau panjang. Adat kebiasaan tersebut dilakukan secara turun temurun yang tidak dapat diganti oleh apapun dan selalu dihormati serta ditaati. 5. Pertunjukan cowongan mengandung aspek estetis. Hal ini tercermin dalam syair tembang yang dilagukan dan rias busananya. Kehadiran cowongan tidak tergatung pada penonton seperti yang dikatakan Pariyem “ Ajenga mboten wonten sing nonton, nggih tetep diterasaken. Mangke menawi mandeg sing sami nglampahi kenging bebendu saking sing njampangi (sekalipun tidak ada yang menonton, ya tetap diteruskan. Nanti kalau berhenti para pelakunya terkena hukuman dari yang melindungi).
Kesimpulan
Bagi masyarakat desa Plana, cowongan merupakan keharusan untuk senantiasa dilakukan sebagai upacara minta hujan setiap kemarau panjang. Hal ini sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat desa Plana yang sebagian besar matapenahariannya bertani atau berocok tanam. Sehingga air merupakan sumber utama bagi mreka yang areal pertaniannya merupakan sawah tadah hujan. Hujan bagi masyarakat desa Plana pada musim kemarau menjadi suatu hal yang sangat berharga. Cowongan adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Menurut kepercayaan masyarakat Banyumas, permintaan datangnya hujan melalui cowongan dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan dengan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Pada dasarnya, dalam pelaksanaan cowongan terdapat 2 hal penting yaitu aktivitas seni dan bentuk ritual tradisional yang menjadi sarana komunikasi antara manusia dengan alam yang bertujuan untuk mendatangkan hujan. Cowongan dilaksanakan dengan menggunakan properti berupa siwur atau irus yang dihias menyerupai seorang putri. Pelaku cowongan terdiri atas wanita yang tengah dalam keadaan suci (tidak sedang haid, nifas atau habis melakukan hubungan seksual). Dalam pelaksanaan ritual cowongan, para peraga menyanyikan sebuah tembang yang sesungguhnya merupakan doa-doa. Cowongan hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu ketika terjadi kemarau panjang. Keberhasilan pertunjukan cowongan yaitu cepat lambatnya hujan turun, dipengaruhi oleh tindakan-tindakan ritual sebelum pelaksanaan cowongan. Pertunjukan cowongan ini terselenggara karena adanya pemahaman masyarakat yang menganggap alam memilikikekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik positif maupun negatif. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa pengaruh kepercayaan animisme dan dinamisme terhadap masyarakat Plana masih kental. Didalam cowongan tercermin 2 aspek penting yaitu aspek ritual magis dan aspek estetik. Aspek ritual magis cowongan tercermin pada kegiatan masyarakat dalam mengatasi masalah kekeringan atau faktor cuaca dengan menggunakan kekuatan magis yaitu mengadakan upacara minta hujan yang disertai pertunjukan cowongan. Aspek estetik cowongan tercermin dalam kehidupan masyarakat desa Plana yang masih sangat tradisi mampu berkarya seni dan mengungkapkan pengalaman jiwa melalui cowongan.
DAFTAR ACUAN

Kepustakaan
Fadjar, P. 1991. Kamus Dialeg Banyumas Indonesia. Purwokerto: BKB. Yayasan Damar Agung.
Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka.
Koderi, M. 1991. Banyumas Wisata dan Budaya. Purwokerto : CV. Metro Jawa.
Parwatri Wahjono. 1993. “Hakekat dan Fungsi Permainan Ritual Magis Nini Thowok Bagi Masyarakat Pendukungnya”. Jakarta : Pascasarjana.
Yusmanto, dkk. 1996. “Kesenian Cowongan, Bongkel, Buncis di Banyumas”. Banyumas: Depdikbud.

Mencegah Keracunan Makanan


Banyak kasus keracunan makanan (food poisoning) yang meminta korban. Korban terkapar kesakitan usai mengkonsumsi makanan kecil sampai harus dibawa ke rumah sakit. Usut punya usut, makanan kecil yang mereka santap ternyata dibubuhi racun sianida. Kasus keracunan makanan macam itu boleh dibilang bentuk "kecelakaan" yang sering terjadi.

Pesta pernikahan, ulang tahun, penyediaan makanan bagi karyawan suatu perusahaan, dsb. adalah beberapa contoh lain kegiatan melibatkan makanan yang ditengarai rawan keracunan. Dengan kata lain, kegiatan penyediaan makanan dalam jumlah besar seperti dilakukan perusahaan katering, rumah makan, dan industri makanan, berpeluang memunculkan masalah keracunan.

Kalau kasus keracunan, kerugian akan menimpa banyak pihak. Konsumen mendapat rasa sakit. Bahkan pada kelompok berisiko  tinggi seperti balita, lansia, atau orang sakit bisa berisiko kematian. Sementara produsen atau penyedia makanan akan menderita penurunan, atau kehilangan, kepercayaan konsumen.

Biang keladinya macam-macam keracunan makanan sejatinya gejala klinis atau gangguan kesehatan akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi racun. Bisa berasal dari bahan kimia, racun alami makanan, atau mikroorganisme. Kalau terjadi akibat bahan kimia, biasanya itu gara-gara kecerobohan atau kesengajaan. Bahan itu di antaranya sianida, pestisida yang digunakan berlebihan pada produk pertanian, dan bahan kimia rumah tangga.

Makanan yang pada dasarnya sudah menyimpan racun juga bisa menimbulkan keracunan. Biasanya akibat pengolahan atau pemasakannya kurang sempurna atau dikonsumsi mentah-mentah. Contoh :
  • Singkong dan daunnya mengandung zat amidalin. Sewaktu-waktu asam sianidanya dapat terlepas dari ikatannya sehingga bisa menimbulkan keracunan sianida.
  • Biji jengkol mengandung asam jengkol yang sukar larut dalam air.
  • Kentang dengan racun solanin bisa menimbulkan gejala muntah-muntah, diare, sakit kepala, sakit perut, dan badan lemah.
  • Mikroorganisme yang mencemari makanan berulah dengan cara mengeluarkan racun (bacterial food poisoning) atau menginfeksi saluran pencernaan (bacterial food infection).

Clostridium botulinum adalah contoh mikroorganisme yang meracuni dengan cara mengeluarkan racun. Penderita yang terserang toksin ini umumnya meninggal karena kesulitan bernapas. Bakteri ini sering terdapat pada makanan kaleng yang sudah rusak, umpamanya kaleng kembung, berkarat, bocor, segel rusak, isinya menggelembung, berbau, atau berwarna tak normal.

Juga Pseudomonas cocovenans yang menghasilkan racun pada tempe bongkrek, dan Staphylococcus aureus yang mengeluarkan toksin pada makanan berprotein tinggi (daging, telur, susu, ikan) dan makanan yang disiapkan dalam jumlah besar.

Sedangkan yang menginfeksi saluran pencernaan di antaranya Salmonella sp., penyebab salmonellosis. Orang bisa menularkan penyakit ini bila menderita sakit atau sebagai pembawa (karier). Makanan yang sering tercemar salmonela antara lain daging atau hasil olahannya, telur retak, dan makanan yang disimpan pada suhu 10-60 derajat C (danger zone).

Ada enam langkah mencegah keracunan seperti dimasyarakatkan Departemen Kesehatan RI. Tidak cuma untuk sektor industri, tapi bisa pula untuk tingkat rumah tangga.

Langkah itu dimulai dari :
1. Pemilihan bahan makanan,
2. Penyimpanan makanan mentah,
3. Pengolahan bahan makanan,
4. Penyimpanan makanan jadi,
5. Pengangkutan,
6. Penyajian.

Semua itu bertujuan menyediakan makanan sehat dan aman dikonsumsi, dengan menekankan pentingnya aspek higiene dan sanitasi. Biasanya, bahan makanan dibagi menjadi dua jenis: yang tidak mudah rusak dan tahan lama, serta yang mudah rusak. Yang tahan lama biasanya dibeli dalam jumlah besar dan disimpan sebagai persediaan. Sedangkan yang mudah rusak lebih sering dibeli dadakan.

Saat belanja inilah tahap pemilihan bahan makanan mulai dilakukan. Pemilihan bahan akan lebih efektif bila dibeli dalam jumlah terbatas. Khusus untuk makanan mudah rusak, proses seleksi lebih baik dilakukan saat pengolahan. Lalu seleksi makanan yang tidak mudah rusak dilakukan saat penyimpanan. Yang berkondisi tidak baik disingkirkan agar tidak mencemari bahan makanan lain yang berkondisi baik.

Menyimpan bahan makanan yang tidak mudah rusak dan yang mudah rusak juga perlu dibedakan. Yang gampang rusak disimpan di lemari es atau gudang berpendingin. Yang awet cukup ditaruh di gudang biasa atau lemari bahan makanan. Yang penting, tempatnya bebas tikus, menerapkan prinsip FIFO (first in first out), mudah dibersihkan, dan penempatannya dipisahkan dari bahan kimia.

Langkah ketiga, pengolahan bahan makanan menjadi makanan siap santap, yang merupakan salah satu titik rawan terjadinya keracunan. Banyak kasus keracunan terjadi karena tenaga pengolahnya tidak memperhatikan aspek higiene dan sanitasi. Soal sepele seperti kebersihan kuku, pakaian kerja, dan rambut sering diabaikan, padahal bisa berakibat fatal.

Perilaku kurang baik, seperti merokok saat mengolah makanan, tidak mencuci tangan setelah dari kamar kecil, dan tetap mengolah makanan meskipun dalam keadaan sakit memperbesar risiko terjadinya keracunan. Sesudah diolah, makanan umumnya disimpan lebih dulu, lalu diangkut untuk disajikan. Terjadinya kontaminasi pada tiga tahap terakhir bisa sangat berbahaya, karena makanan sudah dalam keadaan matang atau siap santap.

Khusus untuk di rumah, hati-hati dengan makanan setengah matang. Jangan pernah menyimpannya secara sembarangan hanya karena berpikiran akan dimasak lagi. Bisa jadi suhu untuk memanaskan makanan menjadi setengah matang tidak cukup untuk membunuh kuman. Jadi, lebih baik simpan makanan setengah matang dalam wadah tertutup untuk menghindari kontaminasi.

Teh Kemangi ???



pohon-kemangiKemangi, selain sebagai bumbu dapur dan pelengkap sambal, juga bermanfaat sebagai obat alami. Berikut ini beberapa resep daun kemangi untuk obat alami yang bisa Anda coba:
1. Teh yang dibuat dari daun kemangi dapat digunakan untuk mengatasi mual, disentri, atau menurunkan panas (sebagai antipiretik). Caranya, satu sendok makan daun kemangi kering diseduh dengan setengah cangkir air, lalu diminum. Bila perlu tambahkan madu sebagai pemanis.
2. Untuk mengobati panu, ambil segenggam daun kemangi, cuci, tumbuk halus, beri sedikit air kapur sirih. Gosokkan ramuan ini pada kulit yang berpanu. Lakukan 2 kali sehari.
3. Untuk sariawan, ambil 50 helai daun kemangi, cuci bersih, kunyah sampai halus selama 2-3 menit, telan. Minum air hangat. Lakukan 3 kali sehari.
4. Untuk mengurangi bau nafas tak sedap, sering-seringlah makan lalapan daun kemangi, daun kunir dan beluntas.
5. Mengatasi bau keringat, biasakan mengkonsumsi kemangi sebagai lalapan. Sebagai permulaan, lakukan setiap hari selama 1 minggu.
6. Mengobati kutil, cuci bersih daun kemangi, gosokkan pada kutil secara teratur.
Khasiat lainnya dari kemangi :
  • Mengandung senyawa arginine yang juga dapat menurunkan kadar gula dalam darah.
  • Minyak atsiri dalam kemangi dapat dipakai sebagai aroma terapi dan menyegarkan tubuh.
  • Minyak atsiri kemangi banyak digunakan sebagai bahan campuran pembuatan obat ataupun untuk perawatan tubuh seperti sabun mandi, biang parfum, body lotion, minyak gosok, permen pelega tenggorokan.
  • Minyak kemangi berkhasiat mengatasi gangguan pencernaan seperti salah cerna, muntah-muntah, infeksi usus, radang lambung, serta gas dalam usus. Juga gangguan kepala (seperti sakit telinga, demam, sakit saluran hidung, migrain), gangguan otot (kejang atau kram), dan gangguan saraf.
  • Untuk wanita, senyawa eugenol-nya juga mampu membunuh jamur penyebab keputihan.
  • Di India dan sebagian wilayah di Afrika, seduhan “teh kemangi” merupakan hidangan pengganti teh. Minuman tersebut biasanya disajikan pada saat pergantian musim, yaitu ketika orang mudah terserang batuk, pilek, ataupun demam.
  • Dengan kandungan seyawa aktif didalamnya, kemangi dapat menurunkan kadar asam urat darah pada tubuh manusia.
  • Mengkonsumsi kemangi sebagai lalapan segar dapat mengurangi bau badan dan Bau mulut.
  • Aroma kemangipun dapat menolak gigitan nyamuk.
  • Sari daun kemangi berkhasiat menyembuhkan diare, nyeri payudara, batu ginjal.
Sumber: Suara merdeka 17/07/09

Senin, 18 Oktober 2010

Memanggil Iblis Cantik Succubus

Cara
Manggil Iblis [Succubus] Dari forum
Wiccan / Occult, 


ADA 10 Langkah Mudah memanggil


** Succubus Succubus**


Succubus adalah sesosok
setan Yang Sering
wanita sebagai berwujud
Datang dan fuu ke
Mimpi untuk Canada
berhubungan seks sambil
menghisap energi
habis hingga mereka,
bahkan Sampai
meninggal. Juga Succubus
Biasa perlengkapan Dibuat
para Satanist untuk
memuaskan nafsu
Sering mereka dan
dikaitkan hubungannya
Artikel Baru Lilith.Penampilan
biasanya di Fisik
gambarkan sebagai
wanita Yang Sangat
cantik, dan memiliki
mirip Sayap Kelelawar, kadang beberapa memiliki
Dari Fisik spesifik yaitu setan
tanduk, ekor, Taring,
dll .. mempunyai kemampuan menguasai
fuu Canada dan Mimpi
bahkan ingatan mereka Tentang
kecantikannya regular tidak
sehingga akan Hilang
Membuat si fuu Jadi
linglung.Terkadang
succubus di anggap
sebagai penyebab Mimpi
Buruk dan tidur
kelumpuhan.
Sebaiknya jangan demi kebaikan Sendiri
manggil iblis Yang Satu
Suami, namun untuk sekedar pengetahuan ADA 10 Langkah memanggi Succubus (dalam bahasa Inggris). # Langkah # 1: Jelas tanda
lantai dengan putih
chord (atau kapur putih)
dan membuat pelindung
lingkaran atau pentagram. A
marmer putih bertatah di
lantai marmer hitam akan
yang terbaik, tapi kebanyakan orang
tidak mampu itu. Hal ini
penting bahwa tidak ada
mengganggu pelindung
lingkaran. Bahkan sedikit kotoran
di garis putih
bisa merusak mantra.
# Langkah # 2: Ambil 3 hitam
lilin (atau 5) dan tempat
mereka sama jarak
terpisah di dalam lingkaran.
# Langkah # 3: Di luar
lingkaran, membuat 3 atau 5 (yang sama
nomor sebagai lilin)
pelindung atau jimat
sigils di sekitar Anda.
# Langkah # 4: Jika mungkin,
membuat lingkaran luar
terbuat dari hancur
pelindung herbal dicampur
bersama-sama.
# Langkah # 5: Tenanglah
dan rileks. Pusat
sendiri.
# Langkah # 6: Sekarang, memvisualisasikan
lingkaran di sekitar Anda,
melindungi Anda dan
memisahkan Anda dari
sisa rumah Anda. Ini adalah
* Penting *.
# Langkah # 7: Setelah Anda
melakukan itu, dan
lilin yang menyala, berbaring di
pentagram posisi
(Dari lengan lurus, kaki
terpisah) dan memanggil
succubus (atau syaitan).
# Langkah # 8: Merasa dia datang
ke dalam lingkaran dan merasa
nya daya.
# Langkah # 9: Merasa nya
coalese ke fisik,
atau bentuk fisik semi dan
sekarang Anda akan dapat
berinteraksi dengan dia.
# Langkah # 10: Dia harus
lebih mudah untuk memanggil dan
membuang dari satu Incubus
dan saya menyarankan sukses
bertemu dengan dia
diikuti dengan sukses
membuang dari dirinya sebelum
mencoba lebih
Incubus agresif.
Selalu melakukan ini pada
bulan baru.